Pengikut

RSS

DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH SAW

Detik-detik Wafatnya Rasulullah

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun dan menerima wahyu yang pertama sewaktu beliau berada di gua Hira’. Sejak itu beliau mulai berdakwah memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk Mekkah. Selama 13 tahun berkecimpung dalam dakwah, mempertahankan, dan memperjuangkan syiar Allah di Mekkah tidak sedikit tantangan dan rintangan yang beliau hadapi. Beratnya tantangan yang dihadapi menyebabkan beliau hijrah ke Madinah dan di sana beliau diterima dengan tangan terbuka. Beliau berdakwah di Madinah kurang lebih selama 10 tahun, sehingga akhirnya Islam menjadi agama yang sempurna dan diterima luas oleh masyarakat.

Masa Sakit

Akhirnya pada tahun 11 Hijrah, pada awal bulan Rabi’ul Awwal Rasulullah mulai sakit-sakitan. Meskipun dalam kondisi sakit beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah dengan para sahabat di masjid. Ini yang perlu kita garis bawahi. Dalam kondisi sakit pun Rasulullah tetap melakukan shalat berjamaah di masjid. Hal ini sangat berbeda dengan yang kita lakukan sekarang. Jangankan dalam kondisi sakit, ketika sehat pun kita sangat jarang berhubungan dengan masjid.

Sebenarnya Nabi telah memberikan isyarat kepada para sahabat bahwa sakitnya tersebut adalah sakit yang akan membawanya kapada kematian. Namun, para sahabat tidak menyadarinya kecuali Abu Bakar r.a. Suatu hari setelah shalat berjamaah beliau naik ke mimbar untuk menyampaikan sesuatu. Setelah memuji Allah dan berselawat kepada diri dan keluarganya, beliau berkata:

Innallaha khayyara ‘abdan baina ad-dunya wabaina ma ‘indahu. Fa ikhtara zalika al-’abdu ma ‘indallahi…. “Sesungguhnya Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba untuk memilih antara kehidupan dunia dan apa yang ada di sisi-Nya di kehidupan akhirat. Hamba tersebut memillih apa yang ada di sisi Allah di kehidupan akhirat.”

Tidak satupun dari sahabat yang hadir mengerti bahasa yang disampaikan Nabi tersebut. Hanya Abu Bakar yang menangis tersedu-sedu karena hati dan perasaan beliau yang begitu dekat dengan Nabi. Hatinya berkata bahwa Nabi akan segera berpulang menghadap sang Khalik. Abu Bakar tahu bahwa hamba yang dimaksud adalah Nabi sendiri dan hari-hari beliau yang tersisa tinggal sedikit. Beberapa hari kemudian sakit Nabi bertambah parah dan beliau tidak sanggup lagi bangun dari tempat tidur. Nabi lalu meminta Abu Bakar untuk menjadi imam menggantikannya. Lihatlah betapa dalam kondisi sakit parah sekalipun Rasulullah tetap memikirkan umatnya.

Masa-masa Kritis

Di tengah masa-masa kritisnya, Nabi meminta izin kepada istri-istrinya untuk tinggal di tempat Aisyah, seorang istri yang paling disayangi di antara beberapa istri beliau. Beliau dirawat oleh Aisyah dan Fatimah putri kesayangannya. Fatimah adalah satu-satunya anak Nabi yang masih hidup pada waktu itu. Selama sakit, setiap hari Fatimah menjenguk ayahnya dan biasanya tiap kali ia memasuki kamar Nabi, beliau selalu berdiri menyambutnya dan mengajaknya duduk di sampingnya. Begitu besar cintanya kepada Fatimah. Di sini ada satu lagi pelajaran. Seorang Nabi berdiri menyambut kedatangan anaknya, bukan seperti kita yang tidak bergerak menunggu anak datang mencium tangan kita. Rasulullah tidak demikian, dia berdiri dan menghampiri anaknya yang datang.

Namun pada hari wafatnya Nabi tidak sanggup lagi untuk bangun menyambutnya. Akhirnya, Fatimah pun duduk di samping beliau. Nabi kemudian mengatakan sesuatu yang membuat Fatimah menangis, sesaat kemudian Nabi berkata-kata lagi dan kali ini Fatimah tersenyum. Di kemudian hari setelah Nabi wafat Fatimah ditanya tentang apa yang dibisikkan Nabi kepadanya. Fatimah berkata, “Ayah memberitahuku bahwa ini adalah sakitnya yang terakhir, akupun menangis karena sedih. Sesaat kemudian ayah mengatakan bahwa aku adalah orang pertama yang akan menyusulnya, lalu akupun tersenyum karena gembira”. Sungguh sebuah percakapan yang mengharukan antara ayah dan anak.

Pada saat sakaratul maut, Nabi berusaha menahan rasa sakitnya dengan mengusap-usap wajahnya dengan air yang tersedia dalam mangkok di sampingnya sambil berkata Allahumma a’inni ‘ala sakaratil maut ..”Ya Allah bantulah aku dalam menghadapi sakitnya sakaratul maut”. Saat itu kepala beliau berada dalam pangkuan Aisyah istrinya tercinta. Aiyah mendengar Rasul berujar bal ar-rafiq al-’ala (Hanya Tuhanku yang Maha Tinggi dan Agung). Dengan terharu Aisyah berkata, “Engkau telah diberikan pilihan dan inilah pilihanmu, demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran”. Sesaat kemudian Rasul pun menghadap sang Khalik dengan tenang dan diiringi oleh istri dan anaknya tercinta serta puluhan sahabat yang menunggu di luar rumah.

Setelah Rasulullah Meninggal

Berita wafatnya Nabi dengan segera menyebar ke masyarakat. Kaum muslimin berduyun-duyun mendatangi rumah Rasulullah dengan perasaan sedih, bingung dan histeris. Bahkan ada yang tidak bisa menerima dan percaya bahwa Nabi sudah tiada, termasuk Umar bin Khattab. Dengan menghunus pedang, Umar mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan Rasulullah sudah meninggal. Umar histeris sambil mengatakan bahwa Nabi tidak meninggal tetapi Nabi hanya pergi sebentar menemui Allah dan akan kembali kepada umatnya, seperti yang terjadi ketika Nabi Musa bin Imran yang pergi meninggalkan kaumnya dan kembali lagi setelah 40 hari. Lihatlah betapa dalam rasa cinta sahabat terhadap Nabi. Wafatnya Rasulullah bisa menghilangkan akal sehat seorang Umar yang terkenal tegas dan keras.

Sesaat kemudian Abu Bakar masuk dan membuka kain penutup wajah Nabi, mengecupnya lalu menangis tersedu-sedu. Abu Bakar berkata, “Demi ayah dan ibuku, engkaulah yang terbaik dalam hidup dan matimu. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak akan pernah menyakitimu”. Itulah ungkapan hati dari seorang penasehat, sahabat, mertua, dan sekaligus pengikut setia.

Abu Bakar kemudian keluar rumah dan meminta kaum muslimin yang hadir untuk duduk. Mereka pun menurutinya, kecuali Umar r.a. yang masih belum bisa mengendalikan emosinya. Abu Bakar meminta Umar untuk duduk, maka ia pun menurutinya. Lalu Abu Bakar berpidato, “Siapa saja yang menyembah Muhammad maka ketahuilah bahwa Muhammad telah tiada. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan pernah mati.” Kemudian ia membacakan ayat Al-Quran Surah Ali ‘Imran ayat 144 yang bunyinya: wama Muhammadun illa Rasulun qad khalat min qablihi ar-rusulu. Afa-in mata aw qutila inqalabtum ‘ala a’qabikum. Wa man yanqalibu ‘ala a’qibaihi falan yadhurru allaha syai-an wa sayajzi allahu asy-syakirina. Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berpaling ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Mendengar pidato Abu Bakar tersebut, kaum muslimin pun menangis sedih dan akhirnya mereka menyadari bahwa inilah kehendak Allah yang harus mereka terima.

Nabi meninggal pada usia 63 tahun dengan tidak meninggalkan harta benda berharga apapun. Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin hebat, tetapi hidupnya sangat sederhana. Hal ini semestinya menjadi contoh bagi pemimpin sekarang. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan petunjuknya kepada kita semua.

Kesimpulan

Kisah di atas menyajikan banyak pelajaran buat kita, di antaranya:

*
Sakit bukan alasan untuk meninggalkan shalat. Banyak di antara kaum muslimin yang selama usia sehatnya selalu rajin ke masjid mendirikan shalat, tetapi beberapa hari menjelang kematiannya secara total meninggalkan shalat. Sikap meninggalkan shalat semacam ini sangat disayangkan.
*
Ketika Nabi SAW ditawarkan sebuah pilihan: kehidupan di dunia atau kehidupan di sisi Allah, Nabi SAW dengan tidak ragu-ragu memilih yang kedua. Inilah sikap muslim yang selalu dekat dengan Allah, dan inilah pula sikap yang benar (bukannya malah takut mati seperti umumnya manusia sekarang.)
*
Nabi SAW menunjukkan kasih sayang pada anak dan terus menjaga hubungan baik dengan anaknya. Orangtua harus meniru sikap Nabi yang menyayangi dan menghargai anak-anak, tidak hanya dengan berdiri menyambut kedatangan mereka tetapi juga dalam arti seluas-luasnya.
*
Keluarga Nabi seluruhnya hadir pada detik-detik Rasulullah menghembuskan nafas yang terakhir. Usahakan ini pulalah kondisi keluarga kita pada saat salah seorang dari anggota keluarga kita akan menjumpai Tuhannya. Anak jangan sampai tidak menemani orangtuanya yang sakaratul maut, walaupun harus meninggalkan pekerjaan yang nilainya berpuluh-puluh milyar sekalipun. Jadilah anak yang shaleh dengan berusaha hadir di samping orangtua saat sakaratul maut, jangan hanya mendengar dari jauh kabar kesakitan dan kematiannya.
*
Kita boleh bersedih dan menangis di saat orang dekat kita menghadapi sakaratul maut atau meninggal dunia. Tapi jagalah perasaan sedih tersebut, jangan sampai berlebih-lebihan seperti meratapi si mayat atau memukuli diri sendiri.
*
Seperti dicontohkan Nabi, hanya keluarga dekat sajalah yang menemani saat-saat terakhir anggota keluarga kita. Teman-teman, anggota masyarakat, tetangga cukup menunggu di luar. Tidak usah bergabung beramai-ramai menyaksikan orang yang sedang menjelang ajal.
*
Dalam menghadapi sakaratul maut mintalah agar disediakan air untuk mengusap wajah sambil membaca Allahumma a’inni ‘ala sakaratil maut. Mudah-mudahan Allah mengurangi sakitnya sakaratul maut.
*
Sekeras apapun kepribadian Anda, hendaklah Anda tunduk kepada kebenaran. Umar langsung menjadi “dingin” dan menerima berita kematian Rasulullah setelah mendengar ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan adanya kematian bagi Rasul. Hati seorang mukmin seyogyanya lembut sekeras apapun watak dan perilakunya.
*
Contohlah kehidupan sederhana Rasulullah. Jangan terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia sehingga kita terjauh dari nilai-nilai hidup sederhana yang dicontohkan Rasulullah. Sukses tidak ditentukan oleh kemewahan duniawi, tapi oleh kedekatan seseorang dengan Allah SWT. (25/e)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MATEMATIKA SEDEKAH

Matematika sedekah

Ustad Yusuf Mansur memberikan uraian menarik mengenai “Shodaqoh” atau “Sedekah”.bahwa dengan sedekah ini, kita bisa memperoleh ampunan Allah, menghapus dosa, dan menutup kesalahan serta keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, juga bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Tetapi, dengan penjelasan tentang sedekah ini, oleh Ustad Yusuf Mansur; benar-benar semakin membuka “mata-hati”, bahwa selama ini ternyata kita telah rugi besar, berkaitan dengan sedekah ini.
Ustad Yusuf Mansur memberikan ilustrasi yang sangat mudah dan “gamblang”, bagaimana sebenarnya dan sebaiknya sistem sedekah ini bekerja. Ini sungguh luar biasa prima. Dengan tetap bergaya “anak muda”, maka ustad ini menunjukkan sekaligus mengingatkan ke setiap orang yang hadir, bahwa Allah sendiri telah menjanjikan, jika manusia mau bersedekah, maka Allah pasti akan menggantinya dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) kali lipat. Dan, ini ada dasar hukumnya, yaitu tertulis di dalam Al-Qur’an Surat Al An ‘aam, Ayat: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah, Ayat: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.
Menurut ustad muda ini, dengan berpedoman pada Al-Qur’an tersebut, maka kita bisa membuat “hitung-hitungan” matematika, yang disebutnya sebagai MATEMATIKA DASAR SEDEKAH. Nah, inilah yang luar biasa prima itu. Matematika sedekah ini, sungguh sangat berbeda dengan ilmu matematika yang dulu pernah kita pelajari di sekolah…benar-benar berbeda.
Dia memberikan ilustrasinya sebagai berikut:
10 – 1 = 9 … ini ilmu matematika yang biasa kita terima di sekolah dulu.
Tetapi ilmu Matematika Sedekah adalah sebagai berikut:
10 – 1 = 19 … ini menggunakan dasar, bahwa Allah membalas 10 x lipat pemberian kita.
Sehingga kalau dilanjutkan, maka akan ketemu ilustrasi seperti berikut ini:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Nah, sungguh menarik bukan? Lihatlah hasil akhirnya. Kita tinggal mengalikan dengan angka 10, berapa pun yang kita sedekah kan atau kita berikan dengan ikhlas kepada orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Dan, kita pakai acuan balasan dari Allah yang minimal saja, yaitu 10 x lipat, bukan yang 700 x lipat. Intinya: Semakin banyak bersedekah, maka pasti semakin banyak penggantiannya dari Allah SWT.
Tinggal kita yang mau membuka mata, bahwa pengembalian dari Allah itu bentuknya apa? Bukalah “mata hati” kita, selalu lah berpikir positif kepada Allah. Bukankah Allah berfirman, “Aku adalah sebagaimana yang diprasangkakan hamba-Ku kepada-Ku”. Oleh karena itu, selalu lah berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan serta merta menunjukkan KeMaha Kebaikan-Nya kepada kita. Allah pasti membalas kebaikan kita dengan balasan yang PAS, yang setimpal dengan amal perbuatan kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERBEDAAN INFAQ DAN SEDEKAH

Pengertian infaq
adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah.
Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dll.
Infak sunnah diantaranya, infak kepada anak yatim-piatu, fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dll.
Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore :
“Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain : “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran”.

Adapun Shadaqoh dapat bermakna infak, zakat dan kebaikan non materi.
Dalam hadits Rasulullah SAW memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqoh dengan hartanya, beliau bersabda :
“Setiap tasbih adalah shadaqoh, setiap takbir shadaqoh, setiap tahmid shadaqoh, setiap tahlil shadaqoh, amar ma’ruf shadaqoh, nahi munkar shadaqoh dan menyalurkan syahwatnya pada istri shadaqoh”. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran ( shiddiq ) iman seseorang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 Golongan yang Dilindungi Allah swt di Akhirat

7 Golongan yang Dilindungi Allah swt di Akhirat

1. Imam (pemimpin) yang adil

Dalam ajaran Islam, seorang imam atau pemimpin haruslah berlaku adil, karena segala hal yang menjadi tanggungjawabnya akan dipertanyakan kembali di akhirat kelak. Maka bergembiralah bagi pemimpin yang dapat berlaku adil, karena akan mendapatkan naungan di sisi Allah Subhanahu wa ta’alaa di akhirat nanti. Pemimpin yang dimaksud tidak hanya pemimpin sebuah negara ataupun penguasa suatu tempat, namun termasuk pula seorang suami yang memimpin isteri dan anak-anaknya dalam sebuah keluarga.
2. Pemuda tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah SWT

Allah juga menjanjikan naungan atau lindungan di akhirat kepada pemuda yang senantiasa hidup dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa. Ibadah yang dilakukan tersebut dilakukan semata-mata karena Allah Subhanahu wa ta’alaa, seakan-akan Allah melihat segala perbuatan dan amal ibadahnya itu.
3. Orang yang hatinya selalu terikat pada masjid
Masjid adalah rumah Allah Subhanahu wa ta’alaa. Naungan Ilahi akan selalu ada di akhirat nanti bagi orang yang senantiasa rindu untuk beribadah di masjid dan merasa betah berada di dalamnya.Setiap waktu, ia selalu menunggu-nunggu tiba saatnya untuk datang ke masjid untuk sholat wajib maupun sunnah, sholat berjamaah, mengaji, mendengarkan ceramah, dan sebagainya.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wa ta’alaa, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula

Dua orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan lindungan dari Allah Subhanahu wa ta’alaadi akhirat nanti, dan Allah Subhanahu wa ta’alaaakan mengizinkan kedua orang tersebut untuk masuk ke dalam syurga-Nya.


5. Seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’
Hal tersebut merupakan salah satu ujian bagi seorang laki-laki, dimana wanita adalah ujian yang sungguh berat bagi kaum laki-laki. Seorang laki-laki yang beriman pada Allah Subhanahu wa ta’alaa takut kepada Allah dan takut kepada azab api neraka, sehingga laki-laki ini sentiasa mendapat perlindungan dari-Nya.
6. Orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya


Allah Subhanahu wa ta’alaa akan memberikan perlindungan bagi orang yang suka memberi sedekah dengan ikhlas dan tidak mengharapkan balasan selain ridho Allah swt semata. Dalam bersedekah, ia tidak membesar-besarkannya, sebaliknya ia akan melakukannya secara tersembunyi dan tidak ingin diketahui orang lain.
7. Seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya
Berdzikir dengan hati yang tulus, ridho, dan ikhlas seorang diri, dengan perasaan takut kepada Allah hingga meneteskan airmata, sebagai tanda kecintaan kepada Allah swt, menyadari kebesaran Allah Subhanahu wa ta’alaa, serta merasa dirinya penuh dosa sehingga memohonan ampunan kepada-Nya. Allah akan membukakan pintu syurga untuk orang-orang yang seperti ini.
Sungguh beruntungnya orang yang mendapat naungan Allah Subhanahu wa ta’alaa. Semoga kita bisa menjadi salah satu golongan yang mendapatkan perlindungan Allah Subhanahu wa ta’alaadi akhirat nanti. Wallahualam bishshawab.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH

Macam-macam Shalat Sunah

1. Shalat Sunat Tahajud
Shalat sunat tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di antara shalat isya dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al ikhlas, surat al falaq dan surat an nas.

2. Shalat Sunat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka’at shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka’at dengan satu salam setiap du roka’at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi’ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.

3. Shalat Sunat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan :
- memilih jodoh suami/istri
- memilih pekerjaan
- memutuskan suatu perkara
- memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunat, sodakoh, zikir, dan amalan baik lainnya.

4. Shalat Sunat Tasbih
Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah rokaatnya adalah empat rokaat salam salam, sedangkan jika malam hari dengan dua salam.

5. Shalat Sunat Taubat
Shalat taubat adalah shalat dua roka’at yang dikerjakan bagi orang yang ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya dengan bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, sodaqoh dan sholat.

6. Shalat Sunat Hajat
Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat dan maksimal duabelas bisa kapan sajadengan satu salam setiap dua roka’at, namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

7. Shalat Sunat Safar
Shalat safar adalah solat yang dilakukan oleh orang yang sebelum bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEHIDUPAN AKHIRAT

Kehidupan Akhirat

Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya menuturkan sebuah riwayat bahwa
Nabi Saw. setelah selesainya Perang Badar, menuju tempat
pemakaman pemuka-pemuka kaum musyrik yang tewas ketika itu,
dan memanggil nama-nama mereka satu per satu:

"Wahai penghuni al-qalib (sumur atau kubur). Hai
'Utbah bin Rabi'ah. Hai Syaibah bin Rabi'ah. Hai
Umayyah bin Khalaf. Hai Abu Jahl bin Hisyam. Apakah
kalian telah menemukan apa yang dijanjikan Tuhan
kalian dengan benar? Karena sesungguhnya aku telah
menemukan apa yang dijanjikan Tuhanku dengan benar."
Kaum Muslim yang ada di sekitar Nabi bertanya: "Wahai
Rasulullah, apakah engkau memanggil/berbicara dengan
kaum yang telah menjadi bangkai (mati)?" Beliau
menjawab: "Kamu tidak lebih mendengar dari mereka
(tentang) apa yang saya ucapkan, hanya saja mereka
tidak dapat menjawab saya."

Di sisi lain Imam Muslim meriwayatkan bahwa Masruq berkata:

"Kami bertanya (atau aku bertanya) kepada Abdullah bin
Mas'ud tentang ayat, Janganlah kamu mengira
orang-orang yang gugur di jalan Allah adalah
orang-orang mati, bahkan mereka hidup di sisi Tuhan
mereka dengan mendapatkan rezeki (QS Ali 'Imran [2]:
169)." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sesungguhnya kami
telah menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw., dan
beliau bersabda, 'Arwah mereka di dalam rongga burung
(berwarna) hijau dengan pelita-pelita yang tergantung
di 'Arsy, terbang dengan mudah di surga ke manapun
mereka kehendaki, kemudian kembali lagi ke
pelita-pelita itu. Tuhan mereka "mengunjungi" mereka
dengan kunjungan sekilas dan berfirman: "Apakah kalian
menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab: "Apalagi yang
kami inginkan sedangkan kami terbang dengan mudahaya
di surga, ke mana pun kami kehendaki?" Tuhan melakukan
hal yang demikian terhadap mereka tiga kali dan ketika
mereka sadar bahwa mereka tidak akan dibiarkan tanpa
meminta sesuatu, mereka berkata: "Wahai Tuhan, kami
ingin agar arwah kami dikembalikan ke jasad kami
sehingga kami dapat gugur terbunuh pada jalan-Mu
(sabilillah) sekali lagi. Setelah Tuhan melihat bahwa
mereka tidak memiliki keinginan lagi di sana (lebih
dari apa yang mereka peroleh selama ini) maka mereka
dibiarkan."'

Ada juga riwayat yang dinisbahkan kepada Ali bin Abi Thalib
bahwa beliau bertanya kepada Yunus bin Zibyan: "Bagaimana
pendapat orang tentang arwah orang-orang mukmin?" Yunus
menjawab: "Mereka berkata bahwa arwahnya berada di rongga
burung berwarna hijau di dalam pelita-pelita di bawah 'Arsy
llahi." Ali bin Abi Thalib berkomentar:

Mahasuci Allah. Seorang mukmin lebih mulia di sisi
Allah untuk ditempatkan ruhnya di rongga burung hijau,
wahai Yunus. Seorang mukmin bila diwafatkan Allah,
ruhnya ditempatkan pada satu wadah sebagaimana
wadahnya ketika di dunia. Mereka makan dan minum,
sehingga bila ada yang datang kepadanya, mereka
mengenalnya dengan keadaannya semasa di dunia.

Boleh jadi ada saja yang bertanya bagaimana kehidupan itu?
Kita tidak dapat menjelaskan. Memang ada saja yang berusaha
mengilmiahkan kehidupan di sana, tetapi agaknya hal tersebut
lebih banyak merupakan kemungkinan, walaupun ada sekian
rtwayat yang dijadikan pegangan.

Mustafa Al-Kik, misalnya, berpendapat bahwa manusia memiliki
"jasad berganda": pertama, jasad duniawi; dan kedua, jasad
barzakhi. Mustafa dalam --Baina 'Alamain-- setelah mengutip
sekian banyak pendapat ulama tentang hal di atas, berusaha
untuk menjelaskan hal tersebut dengan teori frekuensi dan
gelombang-gelombang suara. Contoh konkret yang dikemukakannya
adalah radio yang dapat menangkap sekian banyak suara yang
berbeda-beda melalui gelombang yang berbeda-beda. Walaupun ia
saling masuk-memasuki, namun ia tidak menyatu dan tetap
berbeda. Ini pula yang menjadikan kita tak dapat melihat
sesuatu yang sebenarnya "ada" namun kita tak melihatnya akibat
perbedaan frekuensi dan gelombang-gelombang itu. Apa yang
dikemukakan ini -menurutnya sejalan dengan informasi Al-Quran,
antara lain yang berbicara tentang keadaan seorang yang sedang
sekarat:

Maka mengapa ketika nyawa telah sampai ke
kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat (yang
sekarat), sedangkan (malaikat) Kami lebih dekat
kepadanya darimu, tetapi kamu tidak melihat (QS
AlWaqi'ah [56]: 83-85).

Atau firman-Nya:

Aku (Allah) tidak bersumpah dengan apa yang kamu lihat
dan yang kamu tidak lihat (QS Al-Haqqah [69]: 38-39).

Kedua ayat mulia di atas mengemukakan teori gelombang
dan getaran yang sangat jelas dan gamblang. Keduanya
telah membagi materi menjadi dua macam, yang sejalan
dengan tingkat bumi sehingga dapat dilihat oleh mata,
dan yang tidak sejalan karena tingginya gelombangnya,
sehingga tersembunyi dari pandangan dan tidak terlihat
oleh mata. Dengan demikian kedua ayat tersebut
menunjuk ke alam materi yang terasa oleh kita semua,
dan alam lain yang tinggi yang tersembunyi dari mata
kita. Teori ini juga menafsirkan kepada kita jawaban
Nabi Saw. ketika kaum Muslim mempertanyakan
pembicaraan beliau dengan Ahl Al-Qalib (tokoh-tokoh
kaum musyrik yang gugur dalam peperangan Badar)
sebagaimana dikemukakan di atas. (Mustafa Al-Kik dalam
Baina 'Alamain hlm. 51)

Akhirnya betapa pun terdapat sekian banyak ayat dengan
penafsiran-penafsiran di atas, serta ada pula riwayat-riwayat
dari berbagai sumber dan kualitas, namun kita tidak dapat
mencap mereka yang mengingkari kehidupan barzakh, sebagai
orang-orang yang keluar dari keimanan atau ajaran Islam,
selama mereka tetap mengucapkan dua kalimat syahadat. Ini
disebabkan karena akidah harus diangkat dari nash keagamaan
yang pasti, yaitu Al-Quran dan maknanya pun harus pasti.
sedangkan penafsiran-penafsiran yang dikemukakan di atas belum
mencapai tingkat kepastian yang dapat dijadikan akidah.

KEHIDUPAN AKHIRAT

Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala:

Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan
diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan
keduanya sekali bentur. Maka hari itu terjadilah hari
kiamat, dan terbelahlah langit sehingga hari itu
langit menjadi lemah (QS Al-Haqqah [69]: 13-16).

Dalam ayat lain dijelaskan bahwa:

... dan ditiup sangkakala sehingga matilah siapa
(rnakhluk) yang di langit dan di bumi, kecuali siapa
yang dikehendaki Allah (QS Al-Zumar [39]: 68).

Yang dikecualikan antara lain adalah malaikat Israfil yang
bertugas meniup sangkakala itu. Ini karena masih akan ada
peniupan kedua sebagaimana lanjutan ayat di atas:

Kemudian ditiupkan sangkakala itu sekali lagi, maka
tiba-tiba mereka (semua yang telah mati) berdiri
menunggu (putusan Tuhan terhadap masing-masing) (QS
Al-Zumar [39]: 68).

Banyak sekali ayat Al-Quran yang berbicara tentang kehancuran
alam raya, matahari digulung, bulan terbelah, bintang-bintang
pudar cahayanya, gunung dihancurkan sehingga menjadi debu yang
beterbangan bagaikan kapas, dan sebagainya. Itu semua
merupakan kehancuran total, bukan kehancuran bagian tertentu
saja dari alam raya ini.

Begitu manusia dihidupkan kembali dengan peniupan sangkakala
kedua, tiba-tiba:

Sambil menundukkan pandangan, mereka keluar dari kubur
mereka bagaikan belalang yang beterbangan. Mereka
datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang
kafir -ketika itu- berkata: "Ini adalah hari yang
sulit." (QS Al-Qamar [54]: 7-8).

Ada jarak waktu antara peniupan pertama dan kedua. Hanya Allah
yang mengetahui kadar waktu itu. Dan ketika semua makhluk
telah meninggal, termasuk Israfil, Allah Swt. "berseru" dan
"bertanya":

Kepunyaan siapakah kerajaan/kekuasaan hari ini?
(Kemudian Allah menjawabnya sendiri): "Kepunyaan Allah
yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan" (QS Mu'min [40]:
16).

Saat peniupan kedua, manusia sadar bahwa kehidupan di dunia
hanya sebentar (QS Al-Isra' [17]: 43) bahkan mereka merasa
hanya bagaikan boberapa saat di sore atau pagi hari (QS
Al-Nazi'at [79]: 46).

Dari sana manusia digiring ke mahsyar (tempat berkumpul untuk
menghadapi pengadilan Ilahi):

Setiap jiwa datang dengan satu penggiring dan satu
penyaksi (QS Qaf [50]: 21).

Penggiring adalah malaikat dan penyaksi adalah diri manusia
sendiri yang tidak dapat mengelak, atau amal perbuatannya
masing-masing. Begitu penafsiran para ulama.

Dan ketika itu terjadilah pengadilan agung.

Pada hari itu yang menjadi saksi atas mereka adalah
lidah, tangan, dan kaki mereka, menyangkut apa yang
dahulu mereka lakukan (QS Al-Nur [24]: 24).

Bahkan boleh jadi, mulut mereka ditutup dan yang berbicara
adalah tangan mereka kemudian kaki mereka yang menjadi
saksi-saksinya Sebagaimana ditegaskan dalam surat Ya Sin (36):
65.

Yang ingin diinformasikan oleh ayat-ayat di atas dan
semacamnya adalah bahwa pada hari itu tidak ada yang dapat
mengelak, tidak ada juga yang dapat menyembunylkan sesuatu di
hadapan pengadilan yang maha agung itu.

Siapa yang mengerjakan (walau) sebesar zarrah (dari
kebaikan). maka dia akan melihat (ganjarannya) (QS
Az-Zilzal [99]: 7).

Demikian pula sebaliknya (baca surat Al-Zilzal [99]: 8).

Pengadilan Ilahi itu akan diadakan terhadap setiap pribadi
mukalaf,

"Tidak ada satupun di langit dan di bumi kecuali akan
datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang
hamba. Sesungguhnya Tuhan telah menentukan jumlah
mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang
teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah
dengan sendiri-sendiri (QS Maryam [19]: 93-95)

Pengadilan itu menggunakan "timbangan" yang hak sehingga tidak
ada yang teraniaya karena walau sebesar biji sawi pun Tuhan
akan mendatangkan ganjarannya. (Baca QS Al-Anbiyat [21]: 47).
Apakah timbangan itu sesuatu yang bersifat material atau hanya
kiasan tentang keadilan mutlak, tidaklah banyak pengaruhnya
dalam akidah, selama diyakini bahwa ketika itu tidak ada lagi
sedikit penganiayaan pun. Yang pasti adalah:

Timbangan pada hari itu adalah kebenaran. Barangsiapa
yang berat timbangan (amal salehnya) maka mereka
adalah orang-orang beruntung, dan siapa yang ringan
timbangan kebaikannya maka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Kami (QS Al-A'raf [7]: 8-9)

Hasil pencatatan amal manusia yang ditimbang itu, akan
diserahkan kepada setiap orang:

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab
(catatan amalnya) dari arah kanannya, maka (dengan
gembira) ia berkata: "Inilah, bacalah kitabku ini.
Sesungguhnya (sejak dahulu di dunia) aku yakin bahwa
sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) atas
diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang
diridhai; dalam surga yang tinggi, buah-buahannya
dekat. (Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah
dengan sedap dikarenakan amal-amal yang telah kamu
kerjakan di hari-hari terdahulu (di dunia)." Adapun
yang diberikan kepadanya kitabnya dari arah kirinya,
maka dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya kiranya
tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak
mengetahui apa hisab (perhitungan) terhadap diriku.
Aduhai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan
segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak memberi
manfaat bagiku. Telah hilang kekuasaan dariku" (QS
Al-Haqqah [69]: 19-29).

Dari mahsyar (tempat berkumpul), manusia menuju surga atau
neraka. Beberapa ayat dalam Al-Quran menginformasikan bahwa
dalam perjalanan ke sana mereka melalui apa yang dinamai "
shirath" .

Antarlah mereka (hai malaikat) menuju Shirath Al-Jahim
(QS Al-Shaffat [37]: 23).

Dalam konteks pembicaraan tentang hari akhirat, Allah
berfirman:

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan
penglihatan mata mereka, lalu mereka berlomba-lomba
(mencari) ash-shirath (jalan). Maka, bagaimana mereka
dapat melihatnya? (QS Ya Sin [36]: 66).

Di sisi lain Allah menegaskan pula bahwa:

Dan tidak seorang pun di antara kamu kecuali
melewatinya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah
suatu kemestian yang sudah ditetapkan-Nya. Kemudian
Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan
membiarkan orang-orang yang zalim, di dalam neraka
dalam keadaan berlutut (QS Maryam [19]: 71-72).

Berdasar ayat-ayat tersebut, sementara ulama berpendapat bahwa
ada yang dinamai "shirath" -berupa jembatan yang harus dilalui
setiap orang menuju surga. Di bawah jalan (jembatan) itu
terdapat neraka dengan segala tingkatannya. Orang-orang mukmin
akan melewatinya dengan kecepatan sesuai dengan kualitas
ketakwaan mereka. Ada yang melewatinya bagaikan kilat, atau
seperti angin berhembus, atau secepat lajunya kuda; dan ada
juga yang merangkak, tetapi akhirnya tiba juga. Sedangkan
orang-orang kafir akan menelusurinya pula tetapi mereka jatuh
ke neraka di tingkat yang sesuai dengan kedurhakaan mereka.

Konon shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari
pedang,

[kalimat dalam bahasa Arab]

Demikian kata Abu Sa'id sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim.

Para ulama khususnya kelompok Mu'tazilah yang sangat rasional
menolak keberadaan shirath dalam pengertian material di atas,
lebih-lebih melukiskannya "dengan sehelai rambut di belah
tujuh". Memang, melukiskannya seperti itu, paling tidak,
bertentangan dengan pengertian kebahasaan dari kata shirath.
Kata tersebut berasal dari kata saratha yang arti harfiahnya
adalah "menelan". Kata shirath antara lain diartikan "jalan
yang lebar", yang karena lebarnya maka seakan-akan ia menelan
setiap yang berjalan di atasnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

12 BARISAN DI AKHIRAT

12 Barisan di Akhirat

Suatu ketika, Muadz b Jabal ra menghadap Rasulullah saw dan bertanya: "Wahai Rasulullah, tolong uraikan kepadaku mengenai firman Allah SWT: "Pada saat sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris." (QS An-Naba':18)"

Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: "Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepadaku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris."

Maka dinyatakan apakah 12 barisan tersebut.....

Barisan Pertama

Digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kedua

Digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan sholat,maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Ketiga

Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. "Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Keempat

Digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancuran keluar dari mulut mereka. "Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kelima

Digiring dari kubur dengan bau busuk dari bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. "Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula merasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Keenam

Digiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. "Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Ketujuh

Digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. "Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kedelapan

Digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. "Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kesembilan

Digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. "Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kesepuluh

Digiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. "Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kesebelas

Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. "Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kedua Belas

Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: "Mereka adalah orang yang beramal saleh dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu,ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat ampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih..."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keutamaan Mengucapkan Salam

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah yang bukan rumah kalian sebelum kalian meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (QS. An-Nur: 27)

Allah Ta’ala berfirman:

تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً

“Salam yang ditetapkan dari sisi Allah yang berberkah.” (QS. An-Nur: 61)

Dari Abdullah bin Amr -radhiallahu anhu- dia berkata: Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Islam apakah yang paling baik?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

“Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. (HR. Al-Bukhari no. 11, 27 dan Muslim no. 39)

Dari Al-Barra` bin Azib -radhiallahu ‘anhu- dia berkata:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعِ الْجِنَازَةِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَإِفْشَاءِ السَّلَامِ وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ وَإِبْرَارِ الْمُقْسِمِ وَنَهَانَا عَنْ خَوَاتِيمِ الذَّهَبِ وَعَنْ الشُّرْبِ فِي الْفِضَّةِ أَوْ قَالَ آنِيَةِ الْفِضَّةِ وَعَنْ الْمَيَاثِرِ وَالْقَسِّيِّ وَعَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالدِّيبَاجِ وَالْإِسْتَبْرَقِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara: (1)Beliau memerintahkan untuk menjenguk orang sakit, (2)mengiringi jenazah, (3)mendoakan orang yang bersin, (4)memenuhi undangan, (5) menyebarkan salam, (6)menolong orang yang terzhalimi, serta (7)melaksanakan sumpah. Dan beliau melarang kami (1)memakai cincin dari emas, (2)minum dari bejana yang terbuat dari perak, (3)mayasir, (4)qassiy, (5)harir, (6)dibaj, dan (7)istabraq (semua jenis pakaian yang terbuat dari sutera atau campuran sutera).” (HR. Al-Bukhari no. 2265,5204,5414,5754,5766 dan Muslim no. 2066)

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

Penjelasan ringkas:

Ucapan salam termasuk dari salah satu syiar Islam yang paling nampak, Allah menjadikannya sebagai ucapan selamat di antara kaum muslimin dan Dia menjadikannya sebagai salah satu dari hak-hak seorang muslim dari saudaranya. Rasul-Nya -alaihishshalatu wassalam- juga telah memerintahkan untuk menyebarkan syiar ini dan beliau mengabarkan bahwa menyebarkan salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah kaum muslimin, yang mana tersebarya cinta dan kasih sayang di antara mereka merupakan salah satu sebab untuk masuk ke dalam surga.

Ucapan salam termasuk ucapan yang berberkah, dan di antara keberkahannya adalah jika dia didengar maka hati orang yang mendengarnya akan dengan ikhlas segera menjawab dan mendatangi orang yang mengucapkannya. (Al-Fath: 11/18) Karenanya tidak sepantasnya seorang muslim membatasi ucapan salam hanya untuk sebagian orang (yakni yang dia kenal) dan tidak kepada yang lainnya (yang dia tidak kenal). Bahkan di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia mengucapkan salam kepada orang yang tidak dia kenal sebagaimana kepada orang yang dia kenal.

Para ulama menyatakan bahwa hukum memulai mengucapkan salam kepada orang lain adalah sunnah sementara menjawabnya adalah fardhu kifayah. Maksudnya jika dia berada dalam sekelompok orang lantas ada seseorang atau lebih yang mengucapkan salam kepada mereka lalu sebagian di antara kelompok orang itu ada yang menjawab maka sudah gugur kewajiban dari yang lainnya. Adapun jika dia sendirian maka tentunya diwajibkan atas dirinya untuk menjawabnya.

Karenanya, di antara musibah di zaman ini adalah digantinya ucapan salam ini dengan ucapan yang diimpor dari negeri kafir semacam ‘selamat pagi’ dan semacamnya, padahal ucapan salam ini adalah sebuah ucapan tahiyah (penghormatan) dari sisi Allah yang berberkah lagi baik. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (11/14), “Para ulama sepakat bahwa barangsiapa yang mengucapkan salam maka tidak syah menjawabnya kecuali juga dengan ucapan salam, dan tidak syah (yakni tidak menggugurkan kewajibannya, pent.) menjawabnya dengan ‘selamat pagi’ atau ‘kebahagiaan untukmu di waktu pagi’ dan semacamnya.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEUTAMAAN SHOLAT TEPAT WAKTU

Awal shalat ditandai dengan berkumandangnya azan, tetapi pasar, kantor, terminal serta tempat-tempat lain masih saja hiruk pikuk dipenuhi umat muslim. Mereka tidak bergegas memenuhi panggilan azan ini, bahkan ada juga yang melalaikan sholat lima waktu. Menunaikan shalat tepat waktu berarti melatih diri untuk disiplin. Bila kita mulai dari disiplin shalat, maka kita akan terbiasa melakukan disiplin-displin dalam kegiatan lainnya. Shalat tepat waktu bisa menjadi ukuran disiplin bagi seorang muslim.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda : “…Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu, niscaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala shalat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan jalan merangkak.” (HR. Bukhari).

Keutamaan shalat tepat waktu juga bisa menjadikan seseorang lembut hati dan dikaruniai kesehatan. Untuk Shalat Isya’ Nabi biasa mengerjakannya pada sebagian besar waktu malam. “Telah bersabda Rasulullah saw.”Sekiranya tidak memberatkan umatku, tentu aku suruh mereka mengundurkan isya hingga sepertiga atau seperdua malam.” (HR.Ahmad, Ibnu Majah,Tirmizi).

Pesan Khalifah Usman bin Affan ra:

“Orang-orang yang memelihara shalat lima waktu dan mengerjakannya tepat pada waktunya, maka Insyaallah, Allah akan memuliakan orang itu dengan sembilan macam kemuliaan:

1. Dicintai Allah

2. Badannya senantiasa sehat

3. Dijaga oleh Malaikat

4. Diturunkan berkah untuk rumahnya

5. Mukanya akan kelihatan tanda orang yang shaleh

6. Allah akan melembutkan hatinya

7. Dapat melalui jembatan Shiratal Mustaqim layaknya seperti kilat

8. Akan diselamatkan dari api neraka

9. Allah akan menempatkannya ke dalam golongan orang-orang yang tidak takut dan bersedih

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Larangan Valentin

RIYADH, Arab Saudi (Antara/Reuters):
Lembaga agama Arab Saudi memerintahkan umat Islam agar
menghindari perayaan berhala Hari Valentine guna
menghindari murka Allah, demikian laporan harian
Ar-Riyadh, Jumat. "Itu adalah hari raya penyembah
berhala ..., dan umat Muslim --yang percaya pada Allah
dan Hari Kiamat-- tak boleh merayakan atau mengakuinya
atau mengucapkan selamat (kepada orang yang
merayakannya).

Umat Muslim wajib menjauhkannya guna menghindari
hukuman dan murka Allah," kata komite tersebut --yang
dipimpin oleh Imam Agung Syeikh Abdulaziz bin Abdullah
Asy-Syeikh. Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari raya
umat Muslim yang mengikuti bulan suci Ramadhan dan
Ibadah Haji. Kerajaan tersebut, yang menerapkan hukum
Islam murni, melarang hari raya non-Muslim dan polisi
moralnya biasanya melakukan penggerebekan guna
menjamin bahwa toko tak menjual cinderamata atau
hiasan pada Tahun Baru, Natal atau Hari Valentin
--yang diambil dari nama seorang tokoh Nasrani.
Sebanyak tujuh juta orang asing tinggal di Arab Saudi,
tempat kelahiran agama Islam. Banyak di antara mereka
berasal dari negara Asia, tempat Hari Valentine
dirayakan.

Haram

Ketua MUI Sumut Prof Dr H Abdullah Syah, MA mengatakan
kalangan umat Islam dilarang keras melaksanaan
valentine day karena bertentangan dengan norma agama
dan budaya Indonesia. "MUI sudah mengeluarkan fatwa
haram terhadap valentine day karena pelaksanaannya
bersifat hura-hura dan menjurus maksiat," kata
Abdullah Syah kepada Waspada, Jum'at (13/2), berkaitan
hari valentine day (hari kasih sayang) yang biasanya
dirayakan pada setiap 14 Februari.

Menurut Abdullah Syah, dalam Islam dianjurkan berkasih
sayang atau bersilaturahmi antara anak dengan
orangtua, kakak dengan adik yang semuhrim, suami
isteri dan sebagainya. "Kalau kegiatan syukuran,
bersilaturahmi atau berkasih sayang dalam keluarga itu
dianjurkan setiap hari dan tidak harus ditetapkan
tanggalnya.

Intinya berkasih sayang itu dibolehkan asal ada batas
norma agama dan budaya ketimuran," ujar Abdullah yang
juga guru besar IAIN-SU. Tetapi pada peringatan
'valentine day', kata dia, kerap kali pelaksanaannya
tidak sesuai ajaran Islam seperti pesta pora, bergaul
lawan jenis yang tidak muhrim, minuman keras, dan
sebagainya. "Akibat pelaksanaannya menjurus maksiat
maka MUI mengharamkan 'valentine day'," tegas dia.

Untuk itu, kata Abdullah Syah, diimbau kepada generasi
muda, khususnya umat Islam, agar jangan terpengaruh
acara 'valentine day' yang berasal dari budaya barat
tersebut. "Biasanya acara bersifat foya-foya itu
banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Kalau hidup
tidak mau merugi, hindarilah 'valentine day' itu,"
tambah dia.

Imam Masjid Gang Bengkok Medan Drs H Ahmad Sazali
mengatakan, semua hari dalam kehidupan muslim di dunia
ini untuk berkasih sayang dalam arti bersilaturahmi.
"Berkasih sayang itu bisa juga saling menghargai,
menyayangi dan menghormati antara yang tua dengan yang
muda dan sebaliknya," ujar dia. Jadi, kata Ahmad
Sazali, berkasih sayang itu tidak harus diperingati
dalam bentuk berpelukan antara dua jenis yang bukan
muhrimnya, bermabuk-mabukan, narkoba, pesta pora dan
sebagainya. "Yang kerap terjadi pada acara 'valentine
day' itu sering diwarnai dengan perbuatan yang
dilarang agama dan budaya kita sehingga memudahkan
setan merusak iman manusia," tambah dia. Dalam Islam,
ujar Ahmad Sazali, Allah jelas melarang umatnya
mengikuti ajaran agama dan budaya orang lain.
"Barangsiapa yang mengikuti agama yang bukan ajaran
Islam maka Allah akan melaknatnya. Otomatis 'valentine
day' itu haram hukumnya," kata dia. (m43) (am)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS